Kamis, 29 September 2011

Konsep Nur Muhammad

Konsep Nur Muhammad dalam Al Quran

Posted by Ayruel pada 24 Mei 2009
bismillahirrohmanirrohim
PENGANTAR
Beberapa kalangan dalam ummat Islam mempersoalkan konsep Nur Muhammad (Cahaya Muhammad atau Ruh Muhammad) sebagai suatu konsep yang tidak memiliki dasar dalam ‘aqidah Islam. Padahal, konsep Nur Muhammad adalah suatu konsep ‘aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang diterima dan diakui oleh ijma’ (konsensus) ulama ilmu kalam dan ulama’ tasawwuf (awliya’ Allah) dalam kurun waktu yang panjang, sebagai suatu konsep yang memiliki sumber dalilnya dari Quran dan Hadits Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Konsep ‘aqidah Nur Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam menyatakan antara lain bahwa cahaya atau ruh dari Nabi Besar Muhammadsall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah makhluq pertama yang diciptakan sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kemudian darinya, Ia Subhanahu wa Ta’alamenciptakan makhluq-makhluq lainnya. Pada artikel ini, insha Allah akan dijelaskan, dalil-dalil qath’i (bukti yang pasti) berupa ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan atribut Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam sebagai Nur (cahaya) yang dikaruniakan Allah Ta’ala bagi segenap alam semesta. Akan kita dapati pula, penjelasan dari berbagai ulama ahli tafsir (mufassir) akan makna ayat-ayat tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sendirilah yang menyebut Rasulullah sall-Allahu ‘alayhi wasallam sebagai Nuur (cahaya), atau sebagai “Siraajan Muniiran” (makna literal: Lampu yang Bercahaya).
Hal ini dapat kita perhatikan dari ayat-ayat berikut:
1. dalam QS. Al-Maidah 5:15

15. Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. (QS. 5:15)
2. dalam QS.An-Nur 24:35

35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)

3. dalam QS. Al-Ahzab 33: 45-46


45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (QS. 33:45)
46. dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. 33:46)
TAFSIR DAN INTERPRETASI AYAT
I. Mengenai ayat pertama (5:15)
- Qadi ‘Iyad berkata, “Beliau (Nabi) dinamai cahaya (Nuurun) karena kejelasan perkaranya dan karena fakta bahwa Nubuwwahnya (Kenabiannya) telah dijadikan amat jelas, dan juga karena menerangi cahaya orang-orang mukmin dan ‘arif billah dengan apa yang beliau bawa.”
- Suyuti dalam Tafsir al-Jalalayn, Fayruzzabadi dalam Tafsir Ibn ‘Abbas berjudul Tanwir al-Miqbas (hlm. 72), Shaykh al-Islam, Imam Fakhr al-Din ar-Razi, Mujaddid abad keenam, dalam Tafsir al-Kabir-nya (11:189), Qadi Baydawi dalam Tafsirnya yang berjudul Anwar al-Tanzil, al-Baghawi dalam Tafsir-nya berjudul Ma’aalim
al-Tanzil (2:23), Imam al-Shirbini dalam Tafsirnya berjudul al-Siraj al-Munir (hlm. 360), pengarang Tafsir Abi Sa’ud (4:36), dan Thana’ullah Pani Patti dalam Tafsir al-Mazhari-nya (3:67) berkata: “Apa yang dimaksudkan sebagai suatu Cahaya (Nuurun) adalah: Muhammad, sallalLahu ‘alayhi wasallam.”
- Ibn Jarir al-Tabari dalam Tafsir Jami’ al-Bayan-nya (6:92) berkata: “Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah: Ia maksudkan dengan Cahaya adalah: Muhammad, sallalLahu ‘alayhi wasallam, dengan mana Allah telah menerangi kebenaran, membawa Islam maju dan memunahkan kesyirikan. Karena itu beliau (Nabi) adalah suatu cahaya (nuurun) bagi mereka yang telah tercerahkan oleh beliau dan oleh penjelasannya akan kebenaran.”
- al-Khazin dalam Tafsir-nya (2:28) mengatakan serupa: “Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah bermakna: Muhammad, sallalLahu ‘alayhi wasallam. Allah menyebut beliau cahaya tidak dengan alasan apa pun melainkan karena seseorang terbimbing olehnya (Muhammad SallAllahu ‘alayhi wasallam) dengan cara yang sama seperti seseorang terbimbing oleh cahaya dalam kegelapan.”
- Sayyid Mahmud al-Alusi dalam tafsirnya berjudul Tafsir Ruhul Ma’ani (6:97) secara serupa berkata: “Telah datang padamu suatu cahaya (Nuurun) dari Allah: adalah, suatu cahaya yang amat terang yaitu cahaya dari cahaya-cahaya dan yang terpilih dari semua Nabi, sallalLahu ‘alayhi wasallam.”
- Isma’il al-Haqqi dalam komentarnya atas Alusi berjudul Tafsir Ruh al-Bayan (2:370) secara serupa juga berkata: “Telah datang padamu Cahaya (Nuurun) dari Allah dan suatu Kitab yang menjelaskan segala
sesuatu: dikatakan bahwa makna yang awal (yaitu NUUR) adalah Rasulullah, sallalLahu ‘alayhi wasallam, dan yang berikutnya (Kitabun Mubin, penerj) adalah Quran….
Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam disebut Cahaya (Nuurun) karena yang pertama yang dibawa keluar dari kegelapan kelalaian dengan cahaya dari kekuatan-Nya, adalah cahaya (Nuur) Muhammad, sallalLahu ‘alayhi wasallam, sebagaimana beliau (Nabi Sall-Allahu ‘alayhi wasallam) pernah bersabda: ‘Hal pertama yang Allah ciptakan adalah cahayaku.”
Riwayaat ini berkenaan dengan pertanyaan Jabir ibn ‘Abd Allah yang bertanya tentang apa yang diciptakan Allah pertama kali sebelum segala sesuatu lainnya.
Riwayat ini diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq (wafat 211H) dalam Musannaf-nya, menurut Imam Qastallani dalam al-Mawahib al-Laduniyya (1:55) dan Zarqani dalam Syarah
al-Mawahib (1:56 dari edisi Matba’a al-’amira di Kairo). Tidak ada keraguan akan Abd Razzaq sebagai rawi (periwayat Hadits). Bukhari mengambil 120 riwayat darinya, Muslim 400. Riwayat ini dinyatakan pula sahih oleh Abd al-Haqq ad-Dihlawi (wafat 1052), ahli hadits India, juga disebut oleh ‘Abd al-Hayy al-Lucknawi (wafat 1304 H) ahli hadits kontemporer India. Demikian pula oleh Al-Alusi dan Bayhaqi dengan matan [redaksi susunan kata hadits, penerj.] yang berbeda, dan juga oleh beberapa ulama lain.
Sebagai suatu catatan khusus adalah suatu fakta bahwa kaum Mu’tazili [kaum yang terlalu mengandalkan ra'yu atau logika akal, penerj.] berkeras bahwa Cahaya dalam ayat 5:15 merefer hanya pada Quran dan tidak pada Nabi. Alusi berkata dalam kelanjutan kutipan di atas: “Abu ‘Ali al-Jubba’i berkata bahwa cahaya/nuurun berkaitan dengan Quran karena Quran membuka dan memberikan jalan petunjuk dan keyakinan. al-Zamakhshari (dalam al-Kasysyaf 1:601) juga puas dengan penjelasan ini.” Penjelasan yang lebih dalam akan dua pendapat ini dijelaskan oleh Shah ‘Abd al-’Aziz al-Multani dalam al-Nabras (hlm. 28-29): “al-Kasysyaf memproklamasikan dirinya sebagai Bapak Mu’tazilaa… Abu ‘Ali al-Jubba’i adalah seperti Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab-nya kaum Mu’tazila Basra.” Kesamaan antara pendapat Mu’tazila dengan Wahhabi dan “Salafi” modern ditekankan oleh Imam Kawtsari di banyak tempat di kitab Maqalat-nya, di mana beliau menunjukkan bahwa seperti halnya Mu’tazilah, penolakan kaum Wahhabi (dan juga Salafi modern, penerj.) atas karakteristik awliya’ adalah kamuflase atas penolakan (karakteristik) yang sama dari diri para Nabi.
Ada suatu penjelasan yg patut dicatat di antara Ahlus Sunnah yang mendeskripsikan makna Nabi baik kepada Cahaya (Nuurun) maupun Kitab, al-Sayyid al-Alusi berkata dalam Ruh al-Ma’aani (6:97): “Saya tidak menganggapnya dibuat-buat bahwa yang dimaksud baik dengan Cahaya (Nuurun) maupun Kitabun Mubin adalah sang Nabi, konjungsi dengan cara yang sama seperti yang dikatakan al-Jubba’i (bahwa baik Cahaya maupun Kitab adalah Quran). Tidak ada keraguan bahwa dapat dikatakan semua merefer ke Nabi. Mungkin Anda akan ragu utk menerima ini dari sudut pandang ‘ibara (ekspresi); tapi cobalah dari sudut pandang ‘isyarah.”
- Al-Qari berkata dalam Syarah al-Shifa’ (1:505, Mecca ed), bahwa “Telah pula dikatakan bahwa baik Cahaya maupun Kitab merefer pada Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam, karena beliau adalah suatu cahaya yang cemerlang dan sumber dari segala cahaya, beliau adalah pula suatu kitab/buku
yang mengumpulkan dan memperjelas segala rahasia.” Ia juga berkata (1:114, Madina ed.): “Dan keberatan apa untuk mempredikatkan kedua kata benda itu pada Nabi, karena beliau secara hakikat adalah Cahaya yang Terang karena kesempurnaan penampilannya (tajallinya) di antara semua cahaya, dan beliau adalah suatu Kitab Nyata karena beliau mengumpulkan keseluruhan rahasia dan membuat jelas seluruh hukum, situasi, dan alternatif.”
II. Mengenai ayat kedua (QS. 24:35)
- Imam Suyuti berkata dalam al-Riyad al-Aniqa: Ibn Jubayr dan Ka’b al-Akhbar berkata: “Apa yang dimaksud dengan cahaya (nuurun) kedua (dalam ayat tersebut, penerj.) adalah Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam karena beliau adalah Rasul dan Penjelas dan Penyampai dari Allah apa-apa yang memberi pencerahan dan kejelasan.” Ka’b melanjutkan: “Makna dari ‘Minyaknya hampir-hampir bercahaya’ adalah karena kenabian Nabi akan dapat diketahui orang sekalipun beliau tidak mengatakan bahwa beliau adalah seorang Nabi, sebagaimana minyak itu juga akan mengeluarkan cahaya
tanpa tersentuh api.”
- Ibn Kathir mengomentari ayat ini dalam Tafsir-nya dengan mengutip suatu laporan via Ibn ‘Atiyya dimana Ka’b al-Ahbar menjelaskan firman-firman Allah: “…yakadu zaytuha yudhi-u wa law lam tamsashu nar…”, sebagai bermakna: “Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam sudah hampir jelas sebagai seorang Nabi bagi orang-orang, sekalipun beliau tidak mengumumkannya.”
- Qadi ‘Iyad berkata dalam al-Syifa’ (edisi English p. 135): Niftawayh berkata berkaitan dengan kata-kata Allah: “…minyaknya hampir-hampir bercahaya sekalipun api tidak menyentuhnya…” (24:35): “Ini adalah perumpamaan yang Allah berikan berkaitan dengan Nabi-Nya. Ia berkata bahwa makna ayat ini adalah bahwa wajah ini (wajah Rasulullah SAW, pen.) telah hampir menunjukkan kenabiannya bahkan sebelum beliau menerima wahyu Quran, sebagaimana Ibn Rawaha berkata:
Bahkan jika seandainya tidak ada tanda-tanda nyata di antara kami,
wajahnya telah bercerita padamu akan berita-berita.”
- Di antara mereka yang berkata bahwa makna “matsalu nuurihi” — perumpamaan Cahaya-Nya — adalah Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah: Ibn Jarir at-Tabari dalam Tafsir-nya (18:95), Qadi ‘Iyad dalam al-Syifa’, al-Baghawi dalam Ma’alim al-Tanzil (5:63) dalam catatan al-Khazin, dari Sa’id ibn Hubayr dan
ad-Dahhak, al-Khazin dalam Tafsir-nya (5:63), Suyuti dalam ad-Durr al-Mantsur (5:49), Zarqani dalam Syarah al-Mawahib (3:171), al-Khafaji dalam Nasim ar-Riyad
(1:110, 2:449).
- al-Nisaburi dalam Ghara’ib al-Quran (18:93) berkata: “Nabi adalah suatu cahaya (Nuurun) dan suatu lampu yang memancarkan cahaya.”
- al-Qari dalam Syarah al-Shifa’ berkata: “Makna yang paling jelas adalah untuk mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya (Nuur) adalah Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam.”
III. Mengenai ayat ketiga (QS. 33: 45-46)
- Qadi al-Baydawi berkata dalam Tafsir-nya: “Itu adalah matahari berdasarkan firman-Nya: “Telah Kami jadikan matahari sebagai suatu lampu”; atau, itu mungkin berarti suatu lampu”.
- Ibn Kathir menyatakan dalam Tafsirnya: “Firman-Nya: ‘…dan suatu lampu yang bersinar’, adalah: statusmu (Wahai Nabi, penj) nampak dalam kebenaran yang telah kau bawa sebagaimana matahari nampak saat terbitnya dan bercahaya, yang tak bisa disangkal siapa pun kecuali yang keras-kepala.”
- Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat (1:147) berkata: “kata itu (lampu) digunakan untuk segala sesuatu yang mencahayai.”
- al-Zarqani dalam Syarah al-Mawahib (3:171) berkata: “Beliau dinamai Lampu karena dari satu lampu muncul
banyak lampu, dan cahayanya tidak berkurang.”
- `Abd Allah ibn Rawaha al-Ansari cucu dari penyair Imru’ al-Qays berkata tentang Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam:
law lam takun fihi ayatun mubina
lakana manzaruhu yunabbi’uka bi al-khabari
“Bahkan seandainya, tidak ada ayat (tanda) berkenaan dengan ia (SAW), yang nyata dan jelas
sungguh memandangnya saja sudah bercerita padamu akan khabar/berita”
Ibn Hajar meriwayatkannya dalam al-Isaba (2:299) dan berkata: “Ini adalah syair terindah dengan mana Nabi pernah dipuji.” Ibn Sayyid al-Nas berkata tentang Ibn Rawaha ini dalam Minah al-Madh (hlm.. 166):
“Ia terbunuh sebagai syahid di perang Mu’ta pada 8 JumadilAwwal sebelum Fathu Makkah (Penaklukan Makkah). Di hari itu ia adalah salah satu dari komandan. Ia adalah salah seorang dari penyair yang berbuat
kebaikan dan biasa menangkis segala bahaya yang menyerang Rasulullah. Adalah berkenaan dengan dia dan dua temannya Hassan (ibn Tsabit) dan Ka’b (ibn Zuhayr) yang disinggung dalam ayat “Kecuali mereka yang
beriman dan berbuat kebajikan dan bedzikir pada Allah sebanyak-banyaknya.” (As-Syu’ara 26:227).”
- Dan sebagai atribut dari Allah adalah Dzu al-Nur
yang berarti Sang Pencipta cahaya, dan Penerang langit dan bumi dengan cahaya-cahaya-Nya, juga sebagai Penerang qalbu orang2 mukmin dengan petunjuk/hidayah. Imam Nawawi berkata Syarah Sahih Muslim, dalam komentarnya atas doa Nabi yang dimulai dengan: “Ya Allah, Engkaulah Cahaya Langit dan bumi dan milik-Mu lah segala puji…” (Kitab Salat al-Musafirin #199):
“Para ulama berkata bahwa makna “Engkau adalah cahaya langit dan bumi” adalah: Engkaulah Dzat Yang menyinari mereka (langit dan bumi) dan Pencipta cahaya mereka. Abu ‘Ubayda berkata: “Maknanya adalah bahwa dengan cahaya-Mu penduduk langit dan bumi memperoleh hidayah.”
al-Khattabi berkata dalam komentarnya atas nama Allah an-Nur: “Itu berarti Ia yang dengan cahaya-Nya yang buta dapat melihat, dan yang tersesat dapat terbimbing, di mana Allah adalah cahaya langit dan bumi, dan adalah mungkin bahwa makna al-Nur adalah: Dzu al-Nur, dan adalah tidak benar bahwa al-Nur adalah atribut dari Zat Allah, karena itu hanyalah atribut dari aksi (sifatu fi’li), yaitu: Ia adalah Pencipta dari cahaya.” Yang lain berkata: “Makna cahaya langit dan bumi adalah: Sang Pengatur matahari dan bulan dan bintang-bintang mereka (langit dan bumi).””
Penutup
“Kebenaran adalah dari Tuhanmu, dan janganlah kau termasuk mereka yang ragu” (kutipan maknawi dari Quran).
Sumber: Tulisan Maulana Shaykh Hisham Muhammad Kabbani dan Shaykh Dr. G.F. Haddad

Bukti ilmiyah Al Qur'an

Assalamu Alaikum Wr Wb
Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hu-kum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik. Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hing-ga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah.

Ayat al-Qur’an dan Alam Semesta

Dalam Surat al-Isra ayat ke-88, Allah menunjukkan keagungan al-Qur’an: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin ber-kumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini; niscaya me-reka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun seba-gian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’” (QS. Al Israa’, 17: 88)
Allah menurunkan al-Qur’an kepada manusia empat belas abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkapkan dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam al-Qur’an empat belas abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah salah satu bukti terpenting yang memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah.
Dalam al-Qur’an, terdapat banyak bukti bahwa al-Qur’an berasal dari Allah, bahwa umat manusia tidak akan pernah mampu membuat sesuatu yang menyerupainya. Salah satu bukti ini adalah ayat-ayat (tanda-tanda) al-Qur’an yang terdapat di alam semesta.
Sesuai dengan ayat “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilaat, 41: 53), banyak informasi yang ada dalam al-Qur’an ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan mengenai semua itu. Allah juga yang telah menurunkan al-Qur’an. Bagi orang-orang beriman yang teliti, sungguh-sungguh, dan arif, banyak sekali informasi dan analisis dalam al-Qur’an yang dapat mereka lihat dan pelajari.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan. Tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat berikut:
“Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu su-paya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim, 14: 1) !
“… untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Al Mu’min, 40: 54) !
Singkatnya, Allah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman. al-Qur’an menjelaskan kepada manusia cara men-jadi hamba Allah dan mencari ridha-Nya.
Betapapun, al-Qur’an juga memberi informasi dasar mengenai bebe-rapa hal seperti penciptaan alam semesta, kelahiran manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan di langit dan di bumi. Kenyataan bahwa informasi dalam al-Qur’an tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal penting, karena kesesuaian ini mene-gaskan bahwa al-Qur’an adalah “firman Allah”. Menurut ayat “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisaa’, 4: 82), terdapat keserasian yang luar biasa antara pernyataan di dalam al-Qur’an dan dunia eksternal.
Pada halaman-halaman berikut kita akan membahas kesamaan yang luar biasa antara informasi tentang alam semesta yang ada dalam al-Qur’an dan dalam ilmu pengetahuan.
Teori Dentuman Besar (Big Bang) dan Ajarannya
Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hu-kum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik.
Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hing-ga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam semesta yang statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir.
Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-21, melalui sejumlah besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah mencapai kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal, bahwa alam diciptakan dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu ledakan besar.
Selain itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis, kesim-pulan ini menyatakan bahwa alam semesta tidaklah stabil atau konstan, tetapi senantiasa bergerak, berubah, dan memuai. Saat ini, fakta-fakta tersebut telah diakui oleh dunia ilmu pengetahuan. Sekarang, marilah kita lihat bagaimana fakta-fakta yang sangat penting ini dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Pemuaian Alam Semesta
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita.
Tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi bukan hanya bergerak men-jauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Agar lebih mudah dimengerti, bayangkan alam semesta seperti permukaan balon yang tengah ditiup. Sama seperti titik-titik pada per-mukaan balon akan saling menjauhi karena balon-nya mengembang, benda-benda di angkasa saling menjauhi karena alam semesta terus memuai. Sebenarnya, fakta ini sudah pernah ditemukan secara teoretis. Albert Einstein, salah seorang il-muwan termasyhur abad ini, ketika mengerjakan Teori Relativitas Umum, pada mulanya menyim-pulkan bahwa persamaan yang dibuatnya me-nunjukkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Namun, dia meng-ubah persamaan tersebut, dengan menambahkan sebuah “konstanta” un-tuk menghasilkan model alam semesta yang statis, karena hal ini merupa-kan ide yang dominan saat itu. Di kemudian hari Einstein menyebut perbuatannya itu sebagai “kesalahan terbesar dalam kariernya”.
Jadi, apakah pentingnya fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam semesta?
Pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menun-jukkan bahwa “satu titik tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki vo-lume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Dentuman Besar (Big Bang), dan teori ini di-namai mengikuti nama ledakan tersebut.
Harus dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefi-nisikan konsep “ketiadaan”, yang melampaui batas pemahaman manu-sia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai “titik yang memi-liki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang tidak memiliki volume” ini ber-arti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari ketia-daan. Dengan kata lain, alam semesta diciptakan.
Fakta ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan al-Qur’an empat belas abad yang lalu:“Dia Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al An’aam, 6:101)
Jika kita membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar, terlihat kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai teori ilmiah pada abad ke-20.
Pemuaian alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas baru ditemukan pada abad ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam al-Qur’an 1.400 tahun yang lalu:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzariyaat, 51: 47) !
Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain me-ngenai teori Ledakan Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta dari ledakan hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari ledakan tersebut. Lebih dari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di seluruh alam semesta.
Bukti “yang seharusnya ada” ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemu-kan gelombang ini secara kebetulan. Radiasi yang disebut “radiasi latar belakang” ini tampaknya tidak memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Ledakan Besar. Penzias dan Wilson dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan perhitungan Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat yang mengawali terbentuknya alam semesta.
Bukti penting lain berkenaan dengan Ledakan Besar adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Pada penghitungan terbaru, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan penghitungan teoretis konsentrasi hidrogen-helium yang tersisa dari Ledakan Besar. Jika alam semesta tidak memiliki awal dan jika alam semesta ada sejak adanya keabadian (waktu yang tak terhingga), seharusnya hidrogen terpakai seluruhnya dan diubah menjadi helium.
Semua bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Ledakan Besar. Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.
Dennis Sciama, yang membela teori keadaan ajeg (steady-state) bersa-ma Fred Hoyle selama bertahun-tahun, menggambarkan posisi terakhir yang mereka capai setelah terkumpulnya semua bukti tentang teori Ledakan Besar. Sciama mengatakan bahwa ia telah ambil bagian dalam perdebatan sengit antara para pembela teori keadaan ajeg dan mereka yang menguji dan berharap dapat menyangkal teori tersebut. Dia me-nambahkan bahwa dulu dia membela teori keadaan ajeg bukan karena menganggap teori tersebut benar, melainkan karena berharap bahwa teori itu benar. Fred Hoyle bertahan menghadapi semua keberatan terha-dap teori ini, sementara bukti-bukti yang berlawanan mulai terungkap. Selanjutnya, Sciama bercerita bahwa pertama-tama ia menentang bersa-ma Hoyle. Akan tetapi, saat bukti-bukti mulai bertumpuk, ia mengaku bahwa perdebatan tersebut telah selesai dan teori keadaan ajeg harus dihapuskan.
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan bah-wa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta ber-mula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.
Dengan kemenangan teori Dentuman Besar, konsep “zat yang kekal” yang merupakan dasar filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Jadi, apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini “ada” melalui sebuah dentum-an besar, jika sebelumnya alam semesta ini “tidak ada”? Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington, adanya fakta “yang tidak menguntungkan secara filosofis” (tidak menguntungkan bagi materialis), yaitu adanya Sang Pencipta. Athony Flew, seorang filsuf ateis terkenal, berkomentar tentang hal ini sebagai berikut:
Semua orang tahu bahwa pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan memulai dengan mengaku bahwa kaum ateis Strato-nician telah dipermalukan oleh konsensus kosmologi kontemporer. Tampaknya ahli kosmologi memiliki bukti-bukti ilmiah tentang hal yang menurut St. Thomas tidak dapat dibuktikan secara filosofis; yaitu bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sepanjang alam semesta dapat dianggap tidak memiliki akhir maupun permulaan, orang tetap mudah menyatakan bahwa keberadaan alam semesta, dan segala sifatnya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan terakhir. Meskipun saya masih percaya bahwa hal ini tetap benar, tetapi benar-benar sulit dan tidak nyaman mempertahankan posisi ini di depan cerita Dentuman Besar.
Banyak ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis, telah mengakui keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam semesta. Sang Pencipta pastilah Dia yang menciptakan zat dan ruang/ waktu, tetapi Dia tidak bergantung pada ciptaannya. Seorang ahli astro-fisika terkenal bernama Hugh Ross mengatakan:
Jika waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di dalamnya
Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan di bumi.
Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada kita manusia empat belas abad lalu untuk menun-jukkan keberadaan-Nya.
Kesempurnaan di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” ( QS. Al Mulk, 67: 3 – 4) !
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, se-muanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pa-da sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya ma-sing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
Di seluruh alam semesta, besarnya kecepatan benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Jarak di ruang angkasa sangatlah besar bila bandingkan dengan pengukuran yang dilakukan di bumi. Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu digambarkan dalam angka saja oleh ahli matematika, bintang dan planet yang bermassa miliaran atau triliunan ton, galaksi, dan gugus galaksi bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru tercepat memiliki kece-patan rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak sangat cepat meskipun ukurannya sangat besar.
Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kurang-lebih enam kali lebih cepat dari peluru, yakni 108.000 km/jam. (Andaikan kita mampu membuat kendaraan yang dapat bergerak secepat ini, kendaraan ini dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)
Namun, angka-angka ini baru mengenai bumi saja. Tata surya bah-kan lebih menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.
Kecepatan yang luar biasa ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit, kecela-kaan besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan Allah da-lam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki “cacat” atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini bekerja sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah.
Orbit dan Alam Semesta yang Berotasi
Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam semesta, tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui akhir-akhir ini, orbit ini telah ada di dalam al-Qur’an:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiyaa’, 21: 33) !
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sis-temnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihi-tung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyim-pang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan mati. (Bilim ve Teknik, Juli 1983)
Matahari
Berjarak 150 juta km dari bumi, matahari menyediakan energi yang kita butuhkan secara terus-menerus.
Pada benda angkasa yang berenergi sangat besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton hidro-gen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom.
Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan un-tuk kehidupan disediakan oleh matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.
Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam.
Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun 325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti, yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.)
Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah kete-tapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin, 36: 38) !
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. (Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000×24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya.)
Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS. Ath-Thaalaq, 65: 12) !
Dalam al-Qur’an Allah menyebutkan tujuh surga atau langit. Ketika ditelaah, atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Di atmosfer terdapat suatu bidang yang memisahkan lapisan dengan lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu.
Lapisan pertama TROPOSFER: Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17 km di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun sebesar 6,5C, bergantung pada ke-tinggian. Pada salah satu bagian yang disebut tropopause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada 57C.
Lapisan kedua STRATOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar ultraviolet diserap, sehingga panas dilepaskan dan suhu mencapai 0C. Selama penyerapan ini, dibentuklah lapisan ozon yang penting bagi kehidupan.
Lapisan ketiga MESOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 85 km. Di sini suhu turun hingga 100C.
Lapisan keempat TERMOSFER: Peningkatan suhu berlangsung lebih lambat
Lapisan kelima IONOSFER: Gas pada lapisan ini berbentuk ion. Komunikasi di bumi menjadi mungkin karena gelombang radio dipantulkan kembali oleh ionosfer.
Lapisan keenam EKSOSFER: Karena berada di antara 500 dan 1000 km, karakteristik lapisan ini berubah sesuai aktivitas matahari.
Lapisan ketujuh MAGNETOSFER: Di sinilah letak medan magnet bumi. Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel subatom yang bermuatan energi tertahan pada suatu daerah yang disebut sabuk radiasi Van Allen.
Gunung Mencegah Gempa Bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.” (QS. Luqman, 30: 10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba’, 78: 7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat al-Qur’an. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempeng-an-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat ter-sebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permu-kaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
Air Laut Tidak Saling Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar-Rahmaan, 55: 19-20) !
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tid-ak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Mi-salnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Batas ini adalah gaya yang disebut “tegangan permukaan”
Dua Kode dalam Besi
Besi adalah satu dari empat unsur yang paling berlimpah di bumi. Selama berabad-abad besi merupakan salah satu logam terpenting bagi umat manusia. Ayat yang berkenaan dengan besi adalah sebagai berikut:
“…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia.” (QS. Al Hadiid, 57: 25) !
Ayat ini melibatkan dua kode matematika yang sangat menarik.
“Al Hadid” (besi) adalah surat ke-57 di dalam al-Qur’an. Nilai numerik (dalam sistem “Abjad” Arab, setiap huruf memiliki nilai numerik) huruf-huruf dari kata “Al Hadid” jumlahnya sama dengan 57, yakni nomor massa besi.
Nilai numerik (Abjad) dari kata “Hadid” (besi) sendiri, tanpa penambahan “al”, jumlahnya 26, yakni nomor atom besi.
PERJALANAN GUNUNG
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An Naml: 88)
Pada tahun 1980, teori Alfred Wegner tentang pergerakan benua (continental drift) dibenarkan para ilmuwan. Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempengan tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1-5 cm per tahun. Lempengan-lempengan itu terus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun misalnya, Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih lebar.
BESI (BATU BINTANG)
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S. Al-Hadid: 25)
Logam besi yang kita temukan di bumi berasal dari bintang-bintang raksasa di luar angkasa. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya bisa dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa nova atau super nova. Akibatnya meteor-meteor yang mengandung besi bertebaran di alam semesta dan bergerak melalui ruang hampa udara hingga ditarik oleh gravitasi planet (benda angkasa)
PEMBENTUKAN HUJAN
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Q.S. Al-Hijr: 22)
Ternyata angin tidak hanya mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga membantu proses terjadinya hujan.
Di atas permukaan laut dan samudera gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil (aerosol) dengan diameter 1/100 milimeter. Aeroso bercampur dengan debu-debu daratan yang terbawa oleh angin. Selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun disekeliling partikel-partikel ini dan berubah jadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air berkumpul membentuk awan dan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. Angin mengawinkan uap air dengan partikel-partikel aeoroso yang dibawanya.
PEMBAGIAN HUJAN
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (Az Zukhruf:11)
Setiap detik 16 juta ton air menguap dari bumi atau 513 trilyun air per tahun. Angka ini sesuai dengan jumlah air yang jatuh ke bumi tiap tahun. Dan hal ini terus terjadi tanpa berubah. Jika setiap tahun terjadi perubahan 0,1% saja, maka kehidupan di bumi akan berakhir.
PEMBATAS DUA LAUTAN
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (Ar Rahman: 19-20)
Ahli kelautan telah menemukan bahwa dua luatan yang berbeda tidak akan menyatu disebabkan adanya perbedaan masa jenis air.
JENIS KELAMIN BAYI
Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan. (An Najm:45-46)
Cabang ilmu genetika dan biologi molekuler membenarkan hal ini. Kromosom menentukan jenis kelamin bayi. 2 Dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia, diketahui sebagai kromosom jenis kelamin. Dua kromosom ini adalah XY pada laki-laki dan XX pada wanita. Kromosom Y membawa gen yang mengkode sifat laki-laki, dan kromosom X membawa gen yang mengkode sifat perempuan. Pada perempuan kedua komponen sel kelamin yang terbelah menjadi dua selama ovulasi membawa kromosom X. Sebaliknya sel kelamin laki-laki menghasilkan dua sperma yang berbeda. Satu mengandung kromosom X dan yang lain mengandung kromosom Y. Jika semua kromosom X dari wanita bergabung dengan sebuah sperma yang mengandung kromosom X, maka bayi tersebut adalah perempuan. Jika bertemu dengan sperma yang mengandung kromosom Y, maka bayi tersebut adalah laki-laki. Jadi jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom laki-laki yang bergabung dengan sel telur perempuan.
Hal-hal ini mungkin tidak diketemukan pada kitab-kitab lain. Galileo Galilei dan Copernicus adalah dua contoh korban dari kebodohan Gereja. Maka para ilmuwan berpendapat bahwa dengan mendekati ‘agama’, manusia akan mengalami kegelapan. Padahal bukan agama yang perlu dijauhi, tetapi agama yang bathil itulah yang perlu dijauhi. Sedangkan dengan mendekati agama yang shahih, maka kita akan mendapatkan pencerahan di dunia dan di akhirat. Hanya dengan mendekati Islam dan mengkaji Al-Qur`an serta menerapkan ajaran dari agama yang shahih inilah, ummat manusia akan berjalan menuju kejayaan (al-falah).
Wassalam

Sabtu, 24 September 2011

Harokah Islam Internasional

Harokah Islam

EMPAT HAROKAH ISLAM INTERNATIONAL
(Salafy, Jamaah Tablig, Ihwanul Muslimin, Hizbut Tahrir)
Pengertian Harokah dalam pembahasan disini adalah organisasi / harokah (pergerakan) / kelompok yang mempunyai peraturan dan struktur organisasi yang jelas (Ihwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir) atau pun yang tidak / kurang mempunyai peraturan dan struktur organisasi yang jelas (Jamaah Tabligh dan Salafy) namun masing-masing mempunyai ciri-ciri yang bisa dibedakan dengan pihak yang lain.
Dikatakan Harokah International karena mempunyai cabang/ perwakilan/ afiliasi/ anggota/ pengikut/ simpatisan yang tersebar luas di seluruh dunia. Secara umum ke-empatnya ber akidah ahlus sunnah wal jamaah
Susunan urutan pembahasan dibuat berdasarkan urutan tahun berdirinya, dimulai dari yang paling awal disusul berturut-turut yang lebih muda tahun berdirinya.
I. SALAFY (Generasi Awal)
A. Latar belakang sejarah
Harokah Salafy yang dikenal sekarang ini latar belakang sejarahnya tidak dapat lepas dari gerakan atau aliran Wahabi di Arab Saudi pada tahun 1700 an Masehi (abad 18). Maka disini akan diruntut dari latar belakang sejarah gerakan Wahabi.
Gerakan / Aliran Wahabi :
Kata `Wahabi` bila kita runut dari asal katanya mengacu kepada tokoh ulama besar di tanah Arab yang bernama lengkap Syeikh Muhamad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H atau 1703-1791 M). Beliau lahir di Uyainah dan belajar Islam dalam mazhab Hanbali. Beliau telah menghafal Al-Quran sejak usia 10 tahun.
Sosok Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi pelopor gerakan ishlah (reformasi) yang muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan berpikir pemikiran dunia Islam sekitar 3 abad yang lampau atau tepatnya pada abad ke-12 hijriyah. Pada era kebekuan berpikir itu para ulama Islam mencukupkan diri ber taqlid pada Ulama / Mujtahid Imam Mazhab yang empat dengan kecenderungan pada fanatisme terhadap masing-masing mazhabnya.
Sementara fenomena umat di lapisan bawah yang awam saat itu sungguh memilukan. Mereka telah menjadikan kuburan menjadi tempat pemujaan dan meminta kepada selain Allah. Kemusyrikan merajalela. Bid`ah, khurafat dan takhayyul menjadi makanan sehari-hari. Dukun, ramalan, sihir, ilmu ghaib seolah menjadi alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan umat Islam.
Dakwah gerakan Wahabi ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan kepada pemurnian arti tauhid dari syirik dengan segala manifestasinya. Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia Islam untuk sadar atas kebobrokan aqidah ini. Beliau menulis beberapa risalah untuk menyadarkan masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya adalah kitabuttauhid yang hingga kini menjadi rujukan banyak ulama aqidah.
Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan gerakan umat yang aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik, bid`ah dan beragam hal yang menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Mereka melarang membangun bangunan di atas kuburan, menyelimutinya atau memasang lampu di dalamnya. Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang sudah mati, dukun, peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang tawassul dengan menyebut nama orang shaleh sepeti kalimat bi jaahi rasul atau keramatnya syiekh fulan dan fulan bahkan sampai menggunakan kekerasan dan senjata dalam dakwahnya.
Dakwah dan pemikiran beliau banyak disambut ketika beliau datang di Dir`iyah bahkan beliau dijadikan guru dan dimuliakan oleh penguasa setempat (kepala suku) yaitu pangeran Muhammad bin Sa`ud yang berkuasa 1139-1179 H. Oleh pangeran, dakwah beliau didukung, ditegakkan dan akhirnya menjadi semacam gerakan nasional yang cenderung keras dan radikal dan didukung penuh oleh kepala suku sekaligus komandan lapangan (war lord) Muhammad bin Sa`ud.
Satuan –satuan bersenjata mereka menyerang dan menaklukan seluruh penguasa wilayah (War lord) lain diseluruh Hijaz dan Nejed (Wilayah Arab Saudi sekarang). Sebelum berdaulat sendiri Arab Saudi secara administratif dan protektorat saat itu berada dalam kekuasaan Khilafah Turki Usmani, berdasarkan baiat penguasa Mekkah Syarif Hussein kepada Khalifah Sulaiman Qanuni penguasa Turki Usmani.
Ketika gerakan Wahabi menghebat, dunia Islam sedang menghadapi ekspansi kolonialisme negara-negara eropah dan Khilafah Turki Usmani sedang lemah dan sibuk berperang diberbagai front menghadapi serbuan kolonialisme negara-negarga eropah. Gerakan Wahabi semakin kuat dan menguasai seluruh Arab Saudi hingga mereka berdaulat sendiri lepas dari Khilafah Turki Usmani. Muhammad Bin Saud berkuasa menjadi raja pertama dan menerapkan system pemerintahan monarki sampai sekarang ini dan menjadikan pemikiran Wahabi sebagai mazhab kerajaan.
Oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan lainnya di benua India. Paling tidak, masa hidup Muhammad bin Adbul Wahhab lebih dahulu dari mereka semua.
Tokoh-tokoh ulama yang paling sering mereka jadikan rujukan adalah :
- Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
- Ibnu Taimiyah (661-728 H)
- Muhammad Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (6691-751H)
- Syeikh Muhammad Nashiruddin Albani
- Syeikh Abdul Aziz Bin Baz
B. Karakteristik
Gerakan Wahabi yang boleh dikatakan cikal bakal dan “kendaraan” yang mengantarkan Dinasti Ibnu Saud berkuasa di Kerajaan Arab Saudi ini pemikirannya dijadikan mazhab resmi Kerajaan Arab Saudi dan tetap dipelihara serta dianut oleh para penguasa dan mayoritas rakyat Arab Saudi sampai saat ini. Mazhab dan corak pemikiran Wahabi ini diekspor keluar dari batas Wilayah Arab Saudi yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY walau kalangan salafiyin kadang tidak suka bila dikatakan bahwa corak pemikiran dan latar belakang mereka secara kenyataan merupakan kepanjangan dari Wahabi.
Karakteristik Salafy :
1. Fikihnya mengikuti imam Ahmad Bin Hanbal
Imam Ahmad Bin Hanbal dikenal lebih mengutamakan menggunakan Hadis dalam Ijtihadnya dari pada menggunakan rasio (Qiyas, Istihsan, Maslahah mursalah, dsb). Bila tidak ada nash Qoth’i beliau lebih suka menggunakan hadis dhoif dari pada Qiyas. Sebagian Ulama menilai Imam Ahmad Bin Hanbal lebih sebagai ahli hadis dari pada sebagai ahli Fikih.
2. Mengutamakan Hadis dan ahli hadis.
Pola pemikiran ini mewarisi pola Ijtihad Imam Ahmad Bin Hanbal yang dianut oleh Pelopor aliran Wahabi. Banyak merujuk kepada ahli Hadis Imam Muhammad Nashiruddin Albani yang dalam sejarahnya dikenal lebih banyak menghafal dan mempelajari hadis di perpustakaan dan kurang mendalami ushul fikih, maka corak fikihnya kebanyakan memegangi makna lahir (tekstual) dari ayat dan hadis.
3. Keras dalam masalah tauhid dan akidah.
4. Sangat menentang Kurafat/Tahayul dan Bid’ah.
5. Menganggap Bid’ah dholalah semua perkara baru yang tidak ada dalam nash syariat.
6. Tidak mengakomodasi budaya atau adat local.
7. Tidak mempunyai aturan dan struktur organisasi yang baku.
8. Terkesan puritan dan kurang akomodatif dengan masalah aktual progressif (kekinian).
9. Menganggap Kerajaan dan Raja Arab Saudi sebagai Khilafah Islam.
Ini dapat dipahami karena gerakan wahabi dan Kerajaan Arab Saudi adalah saling mendukung antara yang satu terhadap yang lain.
10. Menolak demokrasi dan parlemen.
Pemikiran ini dilatar belakangi Kenyataan bahwa Kerajaan Arab Saudi menerapkan sistem monarki kerajaan, Trend demokrasi dan pemerintahan parlementer yang kemudian muncul belakangan dan berhembus karena pengaruh dari negara-negara eropah dianggap membahayakan “Status Quo” system monarki kerajaan Arab Saudi.
11. Ofensif menyerang pemikiran harokah dan ulama diluar kalangan mereka.
Setelah gerakan Wahabi yang didukung pangeran Muhammad ibn Saud sukses berkuasa di Arab Saudi dan merupakan pelopor reformasi kebekuan pemikiran Islam yang menjadi inspirasi kebangkitan pemikiran Islam lainnya seperti : Syeikh Jamaludin Al Afghani dengan konsep Pan Islamisme nya yaitu mengembalikan Khilafah Islamiah international, Syeikh Muhamad Abduh dengan konsep Harokah Islamiah yaitu pergerakan yang berusaha menerapkan syariat Islam pada seluruh sektor kehidupan yang kemudian diteruskan oleh muridnya Syeikh Rasyid Ridho yang menjadi inspirasi berdirinya Harokah Ihwanul Muslimin di Mesir yang saat itu dibawah pemerintahan penjajahan atau protektorat Inggris.
Konsep pemikiran harokah ini bertujuan mengembalikan Khilafah Islamiah international dan menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip negara.
Harokah Ihawanul Muslimin ini akhirnya menyebar keluar mesir dan mempunyai cabang dan pengikut di beberapa negara Arab (Timur Tengah).
Dalam perjalanan sejarahnya harokah ini selanjutnya memasuki wilayah politik yang bersikap oposan terhadap pemerintah sekuler Mesir dan mulai timbul gejala radikalisme dalam usaha mengambil alih pemerintahan.
Negara-negara Arab di Timur Tengah yang menerapkan sistem pemerintahan monarki kerajaan dianggap kurang sesuai dengan konsep syriat Islam
Sikap radikal dan oposan dari sebagian pengikut Ihawanul Muslimin ini merembet juga ke pengikutnya yang ada di negara negara Timur Tengah (termasuk Arab Saudi), mereka memandang negara negara Arab di Timur Tengah yang menerapkan sistem pemerintahan monarki kerajaan dianggap kurang sesuai dengan konsep syriat Islam, apalagi dalam perkembangan selanjutnya setelah ditemukan minyak di negara negara Arab para bangsawan kerabat Raja hidup bergelimang dalam kemewahan. Maka berkembangnya Ihwanul Muslimin tidak disukai dan dianggap membahayakan “status quo” para penguasa monarki Arab Saudi ditambah lagi dengan kenyataan perbedaan mazhab fikih Ihwanul Muslimin yang ber mazhab Syafii yang juga memakai rasio (qiyas) dalam ijtihadnya.
Untuk membendung dan meng counter perkembangan dan pemikiran Ihawanul Muslimin, penguasa Arab Saudi dan didukung para Ulama mazhab Wahabi membuat harokah tandingan yang sekarang ini dikenal sebagai SALAFY yang tujuannya membela status quo Khilafah Islam penguasa monarki Arab Saudi dan menyebarkan pemikiran wahabi yang keras dalam masalah akidah dan fikih mazhab Hanbali yang mengutamakan teks ayat dan hadis. Hal inilah yang melatar belakangi sikap para tokoh Salafiyin menjadi Agresif dan Ofensif menyerang kelompok lain terutama Ihwanul Muslimin dan juga Hizbut Tahrir (dulunya bagian atau paling tidak simpatisan Ihwanul Muslimin).
C. Kiprahnya
1. Gerakan Wahabi mendobrak kejumudan dalam kurafat-tahayul-kemusyrikan akidah.
2. Gerakan Wahabi sebagai pelopor reformasi pemikiran yang beku.
3. Di masa sekarang ini, gerakan salafi di Indonesia kembali terasa gregetnya di awal tahun 1990-an. Gerakan ini dibawa oleh para sarjana alumni Timur Tengah khususnya yang bersekolah di Universitas-universitas di Arab Saudi dan Kuwait. Mereka banyak mendirikan yayasan, jam’iyah, pengajian dan seruan untuk kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Termasuk menyebarkan dakwah di kampus, masjid, kelompok masyarakat dan sebagainya.
4. Aktif dalam study hadis
5. Aktif dalam menentang Bid’ah
6. Aktif dalam amar makruf nahi munkar terutama lewat tulisan
7. Aktif dalam tarbiyah dalam halaqoh
II. Jamaah Tabligh (Menyampaikan dakwah)
A. Latar belakang sejarah
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya.
Ayah beliau, Syaikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniwan besar yang suka menjalani hidup dengan ber-uzhlah, berkhalwat dan beribadah, membaca Alquran serta mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu agama. Adapun ibunda beliau, Shafiyah Al-Hafidzah, adalah seorang Hafidzah Alquran. Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya, Syaikh Muhammad Yahya. Beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya.
Kakeknya adalah penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi. Sejak saat itulah beliau mulai menghafal Alquran. Dari kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya. Beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah Asy-Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu Hadis pada madrasah Darul Ulum Deoband) pernah mengatakan, “sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat kisah perjuangan para sahabat.
” Pada suatu ketika saudaranya, Maulana Muhammad Yahya, pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaru yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh.
Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya. Tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan pada beliau. Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya pun menurun, akan tetapi beliau tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar beliau berhenti belajar untuk sementara waktu, tapi beliau menjawab, “apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan”.
Dengan izin Allah SWT, Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadis Syarif, Jami’at Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Dan dalam jangka waktu empat bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah. Tubuhnya yang sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu. Begitu pula kerisauannya bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syari’at Islam.
Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu’ serta dihormati di kalangan para ulama dan masyaikh. Suatu ketika di Kandhla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar. Di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu shalat Ashar.
Mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Setelah kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, orang ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin. Waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahirul Ulum. Akhirnya, setelah mendapat izin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas diberi kesempatan untuk berhenti mengajar.
Beliau akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi beliau membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, beliau pun mendirikan Maktab di Mewat. Namun kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis.
Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka untuk belajar dengan biaya yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat tidak mendapatkan perhatian. Mereka enggan menuntut ilmu dan lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah dijalani turun temurun. Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam.
Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mewat. Dengan izin Allah timbullah keinginannya untuk mengirimkan jamaah dakwah ke Mewat. Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau menunaikan haji yang ketiga ke Tanah Suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mengenalkan usaha dakwah.
Selama di Makkah, jamaah bergerak setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah. Dalam pandangan Maulana Muhammad Ilyas, dakwah merupakan kewajiban umat Nabi Muhammad SAW. Pada prinsipnya setiap orang yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Muhammad memiliki kewajiban mendakwahkan ajarannya, yaitu agar selalu taat kepada Allah dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah.
Sepulang dari haji, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan jumlah sekitar seratus orang. Dalam kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk ber-jaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama. Beliau sepenuhnya yakin bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan.
Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan sepeti halnya daerah Asia Barat. Terbentuknya jamaah ini adalah dengan izin Allah melalui kerisauan seorang Maulana Muhammad Ilyas.
Kemudian menyebarlah jamaah-jamaah tabligh yang membawa misi ganda yaitu ishlah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Perkembangan jamaah ini semakin hari semakin tampak. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat memakmurkan dan membesarkan usaha ini.
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai amir jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan, Mulvi Sayyid Raza Hasan.
Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh. Pada sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah. Kondisi tubuhnya yang lemah merupakan bukti bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan waktu mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan jamaah untuk mendakwahkan kebesaran Allah.
Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke rahmatullah sebelum adzan Shubuh. Beliau tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu’mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.
Metode dakwah tabligh dengan metode melakukan perjalanan mengunjungi (jaulah) dan menetap beberapa waktu di suatu tempat sasasan dakwah ini akhirnya menjadi harokah yang mempunyai banyak pengikut dan keluar dari anak benua India menyebar ke seluruh dunia.
B. Karakteristik
1. Mengutamakan ber tabligh yaitu dakwah dengan mengunjungi (jaulah) dan menetap beberapa lama di kawasan yang dijadikan obyek dakwah.
2. Mengutamakan akhlak, kebersihan hati dan dzikir.
3. Menganjurkan banyak beramal dan beribadah.
4. Fikihnya bermazhab Abu Hanifah tapi tidak mengikat untuk anggotanya.
5. Toleran terhadap budaya dan adat lokal.
6. Aktif ber amar makruf nahi munkar.
7. Dakwahnya lemah-lembut dengan jaulah (kunjungan) ke semua kalangan.
8. Sangat toleran dan tidak radikal.
9. Aktif dalam tabiyah halaqoh.
10. Tidak mempunyai aturan dan struktur organisasi yang baku.
11. Tidak terlibat atau membahas masalah politik.
12. Tidak ofensif terhadap harokah dan ulama diluar kalangan mereka.
D. Kiprahnya
1. Aktif melakukan JAULAH yaitu perjalanan (safar) ke suatu kawasan dan menetap beberapa lama untuk melakukan tabligh (menyampaikan) dakwah Islam.
2. Aktif dalam tarbiyah halaqoh
3. Aktif dalam amar makruf nahi munkar lewat lisan.
III. Ihwanul Muslimin (Persaudaraan Islam)
A. Latar Belakang Sejarah
Pada era abad 19 Masehi gelombang kolonialisme dan imperialisme sedang melanda hampir di semua dunia Islam. Khilafah Islam Turki Usmani sedang dalam masa lemah dan sakit yang kronis. Turki Usmani sedang mati matian berperang melawan negara negara Eropah (Yunani, Rusia, Inggris, Italia dan Perancis). Satu per satu wilayah dalam kekuasaan Khilafah Turki Usmani dicaplok oleh negara-negara eropah tanpa bisa dicegah oleh Sultan Turki. Perancis menguasai Afrika Utara, Italia menguasai Aljazair, Rusia mencaplok wilayah kaukasus dan Asia Tengah, Inggris menguasai Syria-Palestina.
Disamping itu ada juga wilayah-wilayah dibawah kekuasaan Imperium Khilafah Turki Usmani yang memberontak dan melepaskan diri seperti : negara negara Slavia (Eropah Timur), Yunani dan negara negara balkan, Gubernur Mesir Muhamad Ali Pasha juga mengumumkan Mesir berdiri sendiri lepas dari kekuasaan Khilafah Turki Usmani, Penguasa Wilayah (war lord) di Semenanjung Arabia juga lepas dari kontrol kekuasaan pusat Turki Usmani. Wilayah Hijaz dan Nejed dikuasai oleh kaum Wahabi dan akhirnya mendirikan kerajaan Arab Saudi lepas dari Khilafah Turki Usmani. Akhirnya Khilafah Islamiah Turki Usmani benar benar mati setelah dibunuh oleh Kemal Attaruk pada tahun 1924 yang menghapuskan sistem Khilafah Islam yang menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip negara dan menggantinya dengan sekulerisme yang menerapkan Undang Undang keluaran parlemen sebagai hukum positip negara.
Dunia Islam diluar bekas wilayah imperium Turki Usmani tidak jauh berbeda nasibnya, Pakistan-India dan Malaysia-Brunei dijajah oleh Inggris, demikian juga Indonesia dijajah oleh Belanda. Masa itulah Umat Islam sedang berada pada posisi paling rendah dalam bidang politik dan seperti kue yang seenaknya dibagi-bagi dan disantap oleh negara-negara Imperialis-Kolonialis Eropah. Keadaan itulah yang pernah diramalkan dalam hadis Nabi yaitu umat Islam “seperti makanan dimeja makan yang disantap oleh orang-orang yang lapar”-Benarlah apa yang dikatakan Rosulullah-.
Mesir pada mulanya berdaulat sendiri setelah Gubernur Muhammad Ali Pasha memberontak dan menyatakan berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan Turki Usmani, ternyata kemudian tidak mampu menahan ekspansi penyerbuan tentara Inggris yang sebelumnya sudah menguasai Syiria dan Palestina, jadilah kemudian Mesir dijajah oleh Inggris.
Kekuasaan pemerintahan ada ditangan para penjajah, hukum positip yang diterapkan adalah Undang Undang buatan mereka, sumber daya kekayaan alam dihisap oleh para penjajah, Pendidikan dan usaha mencerdaskan umat sengaja tidak dilakukan. Dunia Islam benar benar berada pada posisi paling lemah secara politis, militer, ekonomi, iptek dan peradaban. Para Ulama Islam juga mengalami kebekuan pemikiran dan mencukupkan diri dengan mengikuti mazhab empat imam mazhab mujtahid dengan fanatisme pada masing-masing mazhab yang terkadang sampai muncul friksi fisik perselisihan dikalangan akar rumput umat.
Masa penjajahan yang panjang tersebut juga mengakibatkan masing-masng wilayah/negara Islam sibuk dengan dirinya sendiri dalam berbagai usaha perlawanan terhadap penjajah ditambah lagi racun pemikiran “NASIONALISME” dan “SEKULERISME” yang sengaja dihembuskan oleh para pemikir barat dengan tujuan agar Khilafah Islamiah yang menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip dalam kehidupan bermasyarakat sekaligus bernegara tidak hidup lagi dikalangan kaum muslilim. Kaum Penjajah menyadari bahwa system pemerintahan Khilafah Islamiah yang meliputi seluruh kaum muslimin dunia itulah kunci kekuatan Islam sebagi kekuatan politis yang dahulu sanggup membawa kaum muslimin pada puncak kejayaannya, maka kaum penjajah sengaja menebarkan racun nasionalisme dan sekulerisme di wilayah-wilayah Islam yang mereka kuasai.
Adanya gerakan reformasi Wahabi yang radikal dalam bidang akidah dan politik di Arab Saudi dan berhasil mengantarkan Dinasti Ibnu Saud ke tampuk kekuasaan di kerajaan Arab Saudi memberi inspirasi para pemikir Islam yang lain untuk melakukan pembaharuan pemikiran dalam memecahkan kebekuan dan tidur panjang umat islam dalam bidang pemikiran dan politik dan usaha melepaskan diri dan merdeka dari penjajahan.
Salah satu pemikir Islam yang menjadi “rising star” pada waktu itu adalah Syeikh Jamaluddin Al Afghani yang mempunyai konsep pemikiran “Pan Islamisme” yaitu usaha menyatukan kembali seluruh negara negara Islam yang sudah mulai berwawasan nasionalisme kebangsaan dalam satu Khilafah Islamiah seperti dahulu kala dan menerapkan syariat Islam sebagai hukum positip bernegara dan bermasyarakat.
Dalam bidang dakwah dan fikih sosial-kemasyarakatan muncul pemikir Mesir Syeikh Muhammad Abduh dan muridnya Syeikh Rasyid Ridlo yang memberikan wacana harokah (pergerakan) yang bergerak dalam bidang dakwah dan politik berupa amal jama’i yang mengorganisir kekuatan umat sebagai usaha memperbaiki keterpurukan umat dibawah tekanan penjajahan dan secara bertahap berusaha melepaskan diri dari penjajahan.
Ditempat yang berbeda yaitu di Pakistan muncul pemikiran yang sejalan dan dihembuskan oleh Syeikh Abul A’la Maududi yang intinya agar umat bersatu dalam amal jama’i yang terorganisir kemudian secara simultan melakukan dakwah, tarbiyah dan amar makruf nahi munkar. Pemikiran beliau banyak dituangkan dalam bentuk buku dan aktif memberi pengajian serta membentuk harokah Jamiat Al-Islami yang di kemudian hari menjadi partai politik yang membidani kelahiran Republik Pakistan terpisah dari India, namun setelah itu perkembangan harokah Jamiah Al- Islami tidak terlalu berkembang keluar dari anak benua India.
Di negara Mesir, pemikiran baru itu merupakan pembaharuan pemikiran yang selama ini beku dan terus bergulir dan berkembang hingga konsep itu direalisasikan oleh Imam Hasan Al Bana yang mendirikan harokah dakwah dan politik Ihwanul Muslimin.
Bermula dari pembicaraan dan diskusi Imam Hasan Al Bana dengan empat orang temannya yang bertekad untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa dan mereka berkomitmen dalam saling tolong menolong dalam semangat persaudaraan Islam. Mereka kemudian sering bertemu membentuk halaqoh dan melakukan diskusi membahas berbagai persoalan agama, perkembangan sosial kemasyarakatan dan kemaslahatan umat lainnya.
Beberapa orang akhirnya tertarik pada Halaqoh pengajian dan diskusi mereka dan akhirnya ikut bergabung dalam halaqoh itu. Anggota perkumpulan itu sangat antusias dalam melakukan dakwah langsung di masyarakat, bahkan mereka mendatangi kedai-kedai kopi dengan cara sopan dan santun mereka minta ijin kepada pemilik kedai untuk menyampaikan sedikit pengajian kepada pengunjung kedai menyampaikan dakwah Islam dan ajakan kembali kepada nilai-nilai luhur agama Islam.
Metode Dakwah mereka mulanya dianggap aneh dan tidak umum, yaitu memberikan pengajian singkat di kedai-kedai kopi dan tempat keramaian lainnya, tapi karena mereka menyampaikannya dengan sopan dan simpatik akhirnya banyak orang-orang terutama kaum muda yang tertarik dengan perkumpulan mereka dan ikut bergabung dalam halaqoh yang dipimpin Imam Hasan Al Bana.
Perkumpulan dan Halaqoh mereka semakin banyak anggotanya dan setiap anggota perkumpulan aktif menyampaikan dakwah dan pemikiran Imam Hasan Al-Bana dan konsep Harokah amal Jama’i dalam semangat persaudaraan Islam. Akhirnya perkumpulan ini mendeklarasikan diri sebagai Organisasi harokah Islamiah dengan nama IHWANUL MUSLIMIN dan menyepakati Imam Hasan Al Bana sebagai pemimpinnya.
Perjalanan Ihwanul Muslimin.
Imam Asy-Syahid Hasan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906. Lahir di sebuah kampung di kawasan Buhairah, Mesir. Beliau tumbuh di dalam lingkungan yang taat beragama, yang menerapkan Islam secara nyata dalam seluruh aspek kehidupannya.
Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal separuh isi Al-qur’an.
Di samping belajar agama di rumah dan di masjid, ia belajar pada sekolah pemerintah, kemudian melanjutkan pelajarannya ke Dar al-’Ulum, Kairo dan tamat pada tahun 1927.
Setelah tamat dari Dar al-’Ulum, ia menjadi guru pada sebuah Sekolah Menengah (SMP) di Isma’iliyyah. Dari Isma’iliyyah inilah ia memulai aktivits keagamaannya di tengah-tengah masyarakat, terutama di warung-warung kopi di hadapan para karyawan Proyek Terusan Suez.
Setiap hari — seusai mengajar, ia mengunjungi warung kopi untuk berdialog dengan masyarakat. Malam harinya, ia salat berjamaah di masjid terdekat, dan kemudian seringkali melanjutkan pembicaraannya di warung kopi.
Pada masa-masa liburan panjang setiap musim panas, ia menghabiskan waktu bepergian ke berbagai kota dan desa di Mesir, untuk mengajar masyarakat di rumah, di atas kendaraan, di warung kopi, atau masjid. Tubuhnya yang kekar (sekalipun dengan postur yang agak pendek dibanding rata-rata orang Mesir), serta penampilannya yang menarik, dan lidahnya yang fasih, dan perilakunya yang simpatik memang mendukung Al-Banna untuk menjadi seorang public figure.
Pada bulan Dzul Qa’idah 1327 H/April 1928 M adalah bulan didirikannya cikal bakal gerakan Ihwanul muslimin
Dalam pertumbuhan awalnya, Al-Ihwan lebih memusatkan usaha untuk pembentukan kepribadian masyarakat. Ini terlihat dari beberapa prinsip yang diajarkan Al-Banna yang merupakan petunjuk harian Al-Ihwan. Prinsip-prinsip itu antara lain berbunyi: “Lakukanlah salat bila anda mendengar azan, bagaimana pun kondisi anda pada waktu itu. Baca Alquran, renungkan dan dengarkan, serta selalulah mengingat Allah. Jangan anda membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tak berguna.”

Selanjutnya, Al-Banna juga mengatakan: “Jangan banyak bersilat lidah dalam masalah apa pun, karena itu tidak bermanfaat. Jangan banyak berhura-hura dan bersantai, karena perjuangan bangsa perlu kesungguhan. Jauhilah membicarakan keburukan orang di belakangnya. Jangan mengejek organisasi-organisasi atau pergerakan-pergerakan dengan tidak adil. Berusahalah untuk selalu ramah bila anda bertemu teman-teman Al-Ihwan, sekalipun ia tidak membuat inisiatif, karena idiologi kita berdiri di atas tiang ilmu pengetahuan dan cinta kasih.Bantulah orang lain semaksimal mungkin agar ia dapat memanfaatkan waktunya, dan bila anda mempunyai proyek untuk diselesaikan, maka selesaikanlah proyek itu.”
Prinsip-prinsip tersebut tak lain adalah sebagian dari prinsip-prinsip Islam, yang disimpulkan dalam bahasa sederhana agar dapat dilaksanakan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Intinya adalah bagaimana seorang muslim dapat menjalankan ajaran Islam secara murni dan konsekuen dalam kehidupan modern.

Prinsip-prinsip itu dijalankan melalui jalur organisasi dari ranting, cabang, wilayah (yang tersebar di seluruh pelosok kota dan desa di Mesir), dan sampai ke pusat, yang secara organisatoris selalu dievaluasi dari waktu -waktu.
Di sini kelihatan sekali ciri pergerakan dari organisasi Al-Ihwan.

Setelah pemantapan kepribadian, maka program Al-Ihwan selanjutnya adalah pembentukan masyarakat Islam yang menjalankan syariat Islam. Bagi Al-Ihwan, Islam adalah jalan hidup menyangkut individu, masyarakat, negara, hubungan internasional dan seterusnya
. Al-Banna menegaskan, “Ia (Islam — Red) adalah sikap moral, kekuatan, kasih sayang dan keadilan. Ia adalah pengetahuan, hukum, ilmu dan pengadilan. Ia adalah materi, kekayaan, usaha dan kebutuhan. Ia adalah jihad dan dakwah atau antara dan gagasan. Ia juga akidah yang benar dan ibadah yang betul, ibarat satu koin dengan dua wajah.”

Seperti program pembentukan kepribadian, maka Al-Ihwan juga bertekad untuk melaksanakan program sosial politik secara bertahap. Dalam Anggaran Dasar (Nizam Asasi) Al-Ihwan, antara lain menyebutkan: Al-Ihwan senantiasa mengutamakan kemajuan bertahap dalam pembangunan, usaha produktif, dan kerja sama dengan para pecinta kebaikan dan kebenaran.
Al-Ihwan tak ingin melukai siapa pun, apa pun agama, ras dan kebangsaannya.
Kegiatan Al-Ihwan mulai menarik perhatian pemerintah dan dunia luar, setelah mereka memindahkan pusat kegiatan dari Ismailiyah ke Kairo pada tahun 1932. Apalagi setelah Al-Banna mengirim surat kepada raja Mesir, Faruq (1936) dan sejumlah menteri kabinet, agar melaksanakan syariat Islam dan meninggalkan cara hidup yang tidak Islami.
Tahun 1352 H/1933 M beliau menerbitkan sebuah berita pekanan Ihwan yang dipimpin oleh Ustadz Muhibuddin Khatib (1303 - 1389 H/1886 - 1969 M). Kemudian tahun 1357 H/1938 M terbit majalah al-Nadzir. Lalu menyusul al-Syihab, tahun 1367 H/1947 M. Seterusnya majalah dan berita-berita Ihwan terbit secara teratur.
Situasi di Mesir pada 1930-1940-an, seperti kebobrokan moral, penetrasi budaya asing, pemerintah yang tidak tegas, dominasi Inggris yang begitu kuat dalam negeri, dominasi perusahaan -perusahaan asing, dan lain-lain, telah bersaham dalam membentuk sikap militansi Al-ihwan. Sebagai gerakan dan idiologi, sikap Al-ihwan ini berhubungan erat dengan krisis intelektual, sosial, ekonomi dan politik yang melanda Mesir sejak abad ke-19.Krisis-krisis ini sebagiannya adalah hasil dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh para penguasa Mesir sebelum ini, dalam bidang pendidikan, hukum dan politik melalui suatu proses westernisasi. Negara sejak abad 19 mengirim misi pendidikan ke luar negeri dan mengundang perancang dan tenaga ahli Barat ke dalam negeri. Sistem pendidikan Barat yang sekuler barangsur-angsur menggeser pendidikan tradisional, dan hukum sekular Barat menggantikan hukum syariat yang telah berlaku selama berabad-abad.
Politik pemerintah semakin cenderung untuk memelihara kepentingan Barat. Terusan Suez sebagai jalan perhubungan penting antara Barat dan Timur berada di tangan asing. Di Palestina kekuatan Zionis internasional semakin mengkristal untuk mendirikan negara nasional Yahudi yang mengancam eksistensi umat Islam dan bangsa Arab. Sementara itu, para penguasa Arab lebih banyak membuat kebijakan yang dapat mempertahankan kepentingan mereka daripada kepentingan rakyat. Di pihak lain, Al-Azhar sebagai lembaga keagamaan tertua di dunia Islam bersikap melempem dan sulit untuk dijadikan panutan bagi sebuah pembaruan yang sejalan dengan semangat Islam.
Sebagai organisasi pergerakan, Al-ihwan tak mau membiarkan kondisi yang tidak sejalan dengan tuntutan Islam itu berjalan terus. Melalui media dan sarana yang dimilikinya (surat kabar, majalah, pamlet, surat terbuka, pidato, khutbah, rapat umum dan lain-lain), organisasi ini memberikan imbauannya kepada rakyat dan pemerintah agar mengambil garis Islam dalam semua kebijakan.
Tahun 1948 Ihwan turut serta dalam perang Palestina. Mereka masuk dalam angkatan perang khusus. Peristiwa ini telah direkam secara rinci oleh ustadz Kamil Syarif dalam bukunya ‘Ihwanul muslimin fi Harbi Falasthin.
Kalau kemudian pemerintah melihat Al-ihwan sebagai ancaman, bukan semata karena imbauan kebaikan itu, tapi lebih karena sebagai organiasasi massa, Al-ihwan dapat memaksakan kehendaknya. Usaha yang dilakukannya bukan hanya bidang penerangan, pendidikan dan kebajikan semata, tetapi juga mencakup usaha -usaha ekonomi yang menjadi urat nadi organisasi, latihan bela diri dan bahkan pasukan para militer. Dalam perang melawan sekutu Inggris-Israel pada tahun 1948, misalnya, pasukan sukarelawan Al-ihwan terbukti tangguh dalam mematahkan kekuatan musuh.
Pada tanggal 8 Nopember 1948, Muhammad Fahmi Nagrasyi, perdana menteri Mesir waktu itu, membekukan gerakan Ihwan dan menyita harta kekayaannya serta menangkap tokoh-tokohnya.
Desember 1948, Naqrasyi diculik. Orang-orang Ihwan dituduh sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan tersebut. Ketika jenazah Naqrasyi di usung, pendukung-pendukungnya berteriak-teriak, “Kepala Naqrasyi harus dibayar dengan kepala Hasan al-Banna.”
Kegiatan dan kejayaan yang dicapai al-ihwan al-Muslimin tidak disenangi oleh kerajaan dan pihak Inggris. Negara barat mendesak kerajaan Mesir supaya membubarkan Jamaah ihwanul Muslimin. Pasukan tentara al-ihwan yang berperang di Palestina telah menunjukkan keberanian dan komitmen yang luar biasa. Hal itu Justru menjadikan kegamangan dan kekhawatiran politik musuh.
Pada bulan November 1948, gencatan senjata telah diadakan Palestina. Pada 8 November 1948, Perdana Menteri Mesir mendeklarasikan pembubaran al-ihwan. Unit-unit tentara Mesir dan tentara al-ihwan yang berjuang di Palestina itu dipanggil balik. Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan ke atas al-ihwan. Anggota-anggota al-ihwan ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara dan mereka diseksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Tindakan tersebut telah melumpuhkan sama sekali kegiatan al-lhwan.
Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al-Banna bersama iparnya Abdul Karim Mansur, seorang pejabat, berada di rumah pejabat tersebut. Mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk berunding, tetapi dia tak kunjung tiba. Akhirnya setelah selesai menunaikan solat Isya’ mereka memanggil taksi untuk pulang. Ketika baru saja menaiki teksi yang dipanggil, dua orang memakai penutup
kepala menuju ke arah taksi dan salah seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol dan kedua-dua mereka terkena tembakan itu.
Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut.Hasan al Banna walaupun terkena tujuh tebakan , beliau masih mampu berjalan masuk semula ke pejabat Jam’iyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulan untuk membawa mereka ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Qasral ‘Aini, mereka dikawal rapi oleh Jenderal Muhammad al-Jazzar dan tidak melarang memberikan perawatan kepada Hasan al-Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Imam Asy Syahid Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan darah yang banyak pada usia 43 tahun.

Setelah peristiwa itu tokoh-tokoh Al-ihwan ditangkap, aset organisasi disita, dan berbagai media massa mereka diberangus. Kejadian seperti itu terjadi berulang kali. Dari tahun 1940 sampai Desember 1948, pergerakan ini dilarang seutuhnya.
Tahun 1950 berdasarkan keputusan Dewan Tertinggi Negara, Ihwan direhabilitasi. Ketika itu Mesir diperintah oleh kabinet al-Nuhas. Dewan tersebut juga memutuskan bahwa pembekuan Ihwan selain tidak sah, juga inkonstitusional.
Tahun 1950 ustadz Hasan al-Hudhaibi (1306 -1393 H/1891 - 1973 M), terpilih menjadi Mursyid ‘Al-Mahdi Ihwanul muslimin. Ia adalah salah seorang tokoh kehakiman Mesir. Ia juga berkali-kali ditangkap. Tahun 1954, ia divonis hukuman mati, tetapi kemudian diringankan menjadi seumur hidup. Tahun 1971 ia dibebaskan terakhir kalinya.
Oktober 1951 konflik antara Mesir dan Inggris semakin memuncak. Ihwan melancarkan perang urat saraf melawan Inggris di Terusan suez. Peristiwa ini telah direkam oleh Kamil Syarif dalam bukunya ‘Al-Muqawamat al-Sirriyyah fi Qanat Suwes.
Tanggal 23 Juli 1952, pasukan Mesir di bawah pimpinan Muhammad Najib, bekerja sama dengan Ihwan melancarkan Revolusi Juli. Tetapi kemudian Ihwan menolak kerja sama dalam pemerintahan, karena mereka mempunyai pendapat dan pandangan yang jelas tentang metode revolusi.
Jamal Abdul nashir menganggap penolakan tersebut sebagai penolakan terhadap mandat revolusi. Kemudian kedua belah pihak terlibat serangkaian konflik dan permusuhan yang semakin hari semakin tajam. Akibatnya, tahun 1954, pihak pemerintah melakukan penangkapan besar-besaran terhadap anggota Ihwan dan beribu-ribu orang dijebloskan ke dalam penjara.
Pada mulanya, Jamal Abdul Nasir dan Anwar Sadat sendiri adalah termasuk aktivis Al-ihwan. Namun kemesraan antara Al-ihwan dan Nasir serta Sadat segera berakhir, tak lama setelah yang pertama menjadi presiden. Di bawah pemerintahan Jamal Abdul Nasir, Al-ihwan mengalami penderitaan kembali. Para pengikutnya dipenjarakan dan beberapa di antaranya bahkan ada yang digantung. Buku-buku dan penerbitan mereka dilarang terbit.
Alasan pemerintah, karena orang Ihwan telah berupaya memusuhi dan mengancam kehidupan Jamal Abdul nashir di lapangan Mansyiyyah, Iskandariyyah. Bahkan pemerintah Mesir telah menghukum mati 6 anggota Ihwan.1. Abdulqadir Audah
2. Muhammad Farghali
3. Yusuf Thal’at
4. Handawi Duwair
5. Ibrahim Thayyib
6. Muhammad Abdullathif

Tahun 1965 - 1966 bentrokan antara Ihwan dan pemerintah Mesir terulang kembali untuk kedua kalinya. Pemerintah kembali melakukan penangkapan besar-besaran, melakukan penyiksaan serta memenjarakan anggota Ihwan. Bahkan tiga orang di antarannya telah dihukum gantung, yaitu :
Sayyid Quthb (1324 - 1387 H/1906 - 1966 M). Ia termasuk pemikir Ihwan nomor dua setelah Hasan al-Banna. Dan termasuk salah seorang tokoh Islam di zaman modern ini. Ditangkap tahun 1954 M dan disekap di dalam penjara selama 10 tahun. Tahun 1964 ia dikeluarkan dari penjara atas desakan presiden Irak, Abdussalam Arif. Namun tak lama kemudian ia diculik kembali untuk menghadapi hukuman mati. Demikian juga dengan Yusuf Hawasi dan
Abdulfattah Isma’il
Sejak itu Ihwan bergerak secara rahasia sampai Jamal Abdul nashir meninggal dunia 28 September 1970. Ketika Anwar Sadat berkuasa, orang-orang Ihwan mulai di lepas secara bertahap.
Akibat dari kondisi yang kurang menguntungkan itu, beberapa tokoh Al-ihwan banyak yang terpaksa lari ke luar negeri. Ada yang ke negara-negara Arab dan lainnya ke Eropa dan Amerika. Namun di mana pun mereka berada, mereka tidak melupakan perjuangan organisasi dan selalu melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kondisi yang ada.
Dari situ, meski di dalam negeri (Mesir) Al-ihwan banyak mengalami hambatan, gagasan Al-ihwan tetap berkembang. Apalagi banyak di kalangan idiolog-idiolog Al-ihwan yang berbakat menulis dalam berbagai bidang. Sebut, misalnya ‘Audah, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Muhammad Al-Ghazali, Abdullah As-Samman, As-Siba’i, Mushthafa Ramadan, Fathi Yakan dan lain-lain.
Kemudian muncul dialog generasi kedua yang lebih berbentuk akademis semisal Yusuf Al-Qardhawi, ‘Isa ‘Abduh, Al-Jerisyi, At-Turabi, Asy-Syalabi dan seterusnya. Karya-karya mereka banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia. Dengan demikian, Al-ihwan telah memberikan sahamnya untuk sebuah pemahaman Islam pergerakan di seluruh dunia.
Sepeninggal Hudhaibi, Umar Tilmisani (1904?1986 M) terpilih menjadi Mursyid. Di bawah pimpinannya Ihwan menuntut hak-hak jama’ah secara utuh dan mengembalikan hak milik jama’ah yang dibekukan oleh Jamal Abdul nashir. Tilmisani menempuh jalan tidak konfrontatif dengan penguasa dan berkali-kali beliau menyerukan, “Bergeraklah dengan bijak dan hindarilah kekerasan dan ekstrimisme.”
Di luar Mesir banyak tikoh-tokoh Ihwan yang muncul, antara lain :
Syaikh Muhammad Mahmud Shawwaf, pendiri dan pengawas umum Ihwan di Irak.
Dr. Mushthafa al-Siba’i, pengawas umum pertama Ihwan di Suriah.
Gerakan Ihwan di Yordania berdiri tanggal 13 Ramadhan 1364 H. pemimpin pertamanya ialah Syaikh Abdullathif Abu Qurrah.

Di beberapa negara Arab pada waktu ini, seperti Sudan, Yordania, dan Palestina, kegiatan politis Islam Al-ihwan tampak menonjol. Di Sudan, berkat jasa Dr Hasan At-Turabi, idiologi terkenal Al-ihwan, beberapa program Islamisasi telah dapat dilaksanakan dalam negara, sekalipun mendapat tekanan yang berat dari negara-negara Barat, dan bahkan Mesir sendiri sebagai negara tetangga dan tanah kelahiran Al-Banna.
Di Yordania beberapa wakil Al-ihwan dapat duduk dalam parlemen dan beberapa posisi penting dalam pemerintahan. Di Palestina, di balik gerakan Al-Hammas yang menantang negara sekular yang ingin didirikan oleh Arafat juga dikabarkan berdiri aktivis -aktivis Al-ihwan.
Ihwanul Muslimin sebenarnya tidak lain dari sebuah organisasi pergerakan Islam yang berusaha menerapkan cara-cara hidup yang Islami, terutama kehidupan sosial-politik, melalui sebuah program yang selalu direvisi dari waktu ke waktu. Karena dominasi kebudayaan sekular yang begitu besar di dunia Islam, termasuk sekularisasi dalam pemerintahan, organisasi ini sering berada dalam konflik dengan kjekuatan-kekuatan sekular yang ada dalam masyarakat. Teologi mereka yang tidak memisahkan antara ijtihad dan jihad, agama dan politik, membuat nama mereka sering dihubungkan kepada aksi politik dan tindak kekerasan, baik secara sah atau tidak.

PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA

Pemahaman Ihwan terhadap Islam bersifat universal, tidak mengenal adanya pemisahan antara satu aspek dengan aspek lainnya.

Kaitanya dengan dakwah Ihwan, Syaikh Hasan al-Banna mengatakan, “Gerakan Ihwan adalah dakwah salafiyah, thariqah sunniyah, haqiqah shufiyyah, lembaga politik, klub olah raga, lembaga ilmiah dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan pemikiran sosial.”

Selanjutnya Syaikh Hasan al-Banna mengatakan bahwa ciri gerakan Ihwan adalah:1. Jauh dari sumber pertentangan.
2. Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan.
3. Jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik.
4. Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah.
5. Lebih mengutamakan aspek aspek amaliyah produktif dari pada propaganda dan reklame.
6. Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda.
7. Cepat tersebar di kampung-kampung dan dikota-kota.

Selain itu Syaikh menyebutkan karakteristik Ihwan sebagai berikut :
- Gerakan Ihwan adalah gerakan Rabbaniyyah. Sebab azas yang menjadi poros sasarannya ialah mendekatkan manusia kepada Rabb-nya.
- Gerakan Ihwan bersifat ‘alamiyah (Internasional). Sebab arah gerakan ditujukan kepada semua umat manusia.
- Gerakan Ihwan bersifat Islami. Sebab orientasi dan nisbatnya hanya kepada Islam.

Selain itu juga Syaikh menetapkan tingkatan amal yang merupakan konsekuensi logis setiap anggota, yaitu :
1. Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dlam berakhlak, luas dalam berfikir, mampu mencari nafkah, lurus berakidah dan benar dalam beribadah.
2. Membentuk rumah tangga islami.
3. Memotifasi masyarakat untuk menyebarkan kebaikan, memerangi kemungkaran dan kerusakan.
4. Memerdekakan negara dengan membersihkan rakyatnyas dari berbagai bentuk kekuasaan asing kuffar di bidang poplitik, ekonomi ataupun mental spiritual.
5. Memperbaiki pemerintahan sehingga benar-benar menjadi pemerintahan yang islami.
6. Mengembalikan eksistensi negara-negara Islam dengan memerdekakan negerinya dan menghidupkan kembali keagungannya.
7. Menjadi guru dunia dengan menyebarkan Islam ke tengah-tengah umat manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan Dien hanya benar-benar milik Allah.
“Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan Nur (Dien)-Nya.” (Q.S. at-Taubah :32).

Tentang tahapan dakwah Hasan al-Banna membaginya menjadi tiga tahap :
· Tahap pengenalan.
· Tahap pembentukan.
· Tahap pelaksanakan.

Dalam Risalah Ta’alim, Hasan al-Banna berkata, “Rukun Bai’at kita ada sepuluh. Karena itu hafallah baik-baik. Yaitu: Faham, Ikhlas, Amal, Jihad, Berkorban, Tetap pada pendirian, Tulus, Ukhuwah dan percaya diri.” Kemudian beliau berkata, “Wahai saudaraku yang sejati! Ini merupakan garis besar dakwah Anda. Anda dapat menyimpulkan prinsip-prinsip tersebut menjadi
lima kalimat berikut :
1. Allah tujuan kami.
2. Rasulullah SAW. teladan kami.
3. Al-Qur’an dustur (undang-undang)kami.
4. Jihad jalan kami.
5. Mati sahid dalam fisabilillah adalah puncak cita-cita kami yang tertinggi.
Ciri-cirinya dapat disimpulkan menjadi lima kata, yaitu : sederhana, membaca Al-Qur’an, shalat, sikap kesatria dan akhlaq.”
Ustadz Sayyid Quthb, dalam bukunya Khashaish al-Tashawwur al-Islami wa Muqawwimatuhu, memberikan gambaran tentang pemahamannya dan pemahaman Ihwan. Karakteristik konsep Islam itu berazaskan kepada :
1. Rabbaniyyah
2. Tetap
3. Seimbang
4. Positif
5.
Realistik
6. Tauhid.
Setiap karakteristik diberi penjelasan tersendiri secara gamblang dan luas.
Lambang Ihwanul muslimin adalah dua bilah pedang menyilang melingkari Al-Qur’an, ayat Al-Qur’an Wa Uidlu dan tiga kata: haq (kebenaran), quwwah(kekuatan) dan hurriyyah (kemerdekaan).

AKAR PEMIKIRAN DAN SIFAT IDIOLOGINYA
Ihwanul muslimin telah mengadopsi dakwah salafiyyah menjadi gerakan dakwahnya. Ia menekankan kepada pentingnya penelitian dan pembahasan terhadap dalil serta pentingnya kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dan membersihkan diri dari segala bentuk kemusrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid.
Dakwah Ihwan banyak dipengaruhi oleh Syaikh Abdulwahhab, Sanusiyyah dan Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwah tersebut merupakan kelanjutan dari Madrasah Ibnu Taimiyyah (wafat 702 H/1328 M), yang juga merupakan kelanjutan Madrasah Imam Ahmad bin Hambal.
Ihwan merupakan tashawwuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa seperti pernah dilakukan para ahli tashawwuf terdahulu yang aqidahnya benar dan jauh dri segala bentuk bid’ah, khurafat, menghina diri dan sifat negatif.
Hasan al-Banna merangkum semua pemahaman tersebut dalam dakwahnya. Ditambah pula dengan konsepsi-konsepsi yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan lingkungan. Sehingga dakwahnya mampu menghadapi berbagai arus yang melanda Mesir dan kawasan lain.
PENYEBARAN DAN KAWASAN PENGARUHNYA
Gerakan Ihwan dimulai di Isma’iliyyah kemudian beralih ke Kairo. Dari Kairo tersebar ke berbagai pelosok dan kota do Mesir. Akhir tahun 40-an, cabang Ihwan di Mesir sudah mencapai 3000 cabang. Tiap cabang memiliki anggota yang cukup banyak.
Gerakan tersebut kemudian meluas ke negara-negara Arab. Ia berdiri kukuh di Suriah, Palestina, Yordania, libanon, Irak, Yaman dan lain-lain. Dewasa ini anggota dan simpatisannya tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia aktivis-aktivis Ihwanul Muslimin mendirikan Partai Keadilan Sejatera (PKS) atau paling tidak menerapkan pemikiran dan metode dakwah dalam harokahnya.
Salah satu pencapaian Al-Ihwan yang paling signifikan adalah terbentuknya generasi baru Muslim yang memahami Islam secara benar, meyakininya secara mendalam, mempraktikkannya dalam diri sendiri dan keluarganya, berjuang meninggikan kalimatnya, menerapkan syari’atnya, dan menyatukan umatnya.

B. Karakteristik

1. Mempunyai peraturan dan struktur organisai yang baku.
2. Aktif dalam amar makruf nahi mungkar.
3. Fikihnya mengikuti mazhab Syafii tapi tidak mengikat ke anggotanya.
4. Tidak puritan dan adaptif dengan masalah aktual progressif-kekinian.
5. System Tarbiyah kadernya telah mapan dan baku.
6. Menerapkan beberapa keluarga menjadi satu ikatan Usroh yang merupakan sel terkecil dari Harokah.
7. Memasuki wilayah politik.
8. Seterateginya elastis, menjadi gerakan bawah tanah ketika tertekan.
9. Bergabung dengan parlemen
10. Toleran dalam masalah ikhtilaf.
11. Tidak ofensif menyerang pemikiran harokah yang lain.
12. Melakukan aktivitas hampir di seluruh aspek sosial-kemasyarakatan.

C. Kiprahnya

1. Mendirikan Percetakan dan penerbitan.
2. Mendirikan badan / yasasan sosial kemasyarakatan.
3. Aktif dalam tarbiyah pembinaan kader melalui Halaqoh-Usroh.
4. Aktif dalam amar makruf nahi munkar..
5. Aktif memberikan ceramah/seminar/pengajian.
6. Mendirikan Partai Politik dan ikut serta dalam pemilu.

IV. Hizbut Tahrir (Partai Pembebas)

A. Latar Belakang Sejarahnya
Hizbut Tahrir didirikan di Al-Quds pada tahun 1372 H (1953 M) oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama, pemikir, politisi dan pernah menjadi Qadhi (hakim) di pengadilan Syariat di Al-Quds.
Sebagian kalangan mengatakan bahwa pendiri Hisbut Tahrir pada mulanya termasuk aktivis atau simpatisan Ihwanul Muslimin. Setelah terbunuhnya Imam Hasan Al Bana, pemimpin Ihwanul Muslimin pada tahun 1949 boleh dikatakan aktivitas Ihwanul Muslimin mengalami stagnasi, apalagi sebagian besar tokoh-tokoh utama Ihwan banyak yang ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Mesir. Tekanan hebat yang dilakukan oleh pemerintah Mesir membuat Ihwan merubah kebijaksanaannya yaitu lebih lunak dan bergerak dibawah tanah.
Melunaknya sikap Ihwan dan aktivitasnya yang bergerak dibawah tanah kurang disetujui oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, maka beliau pun memutuskan mendirikan Hizbut Tahrir yang garis kebijaksanannya terang-terangan dan tegas menyatakan diri sebagai partai politik yang bertujuan untuk membebaskan negara-negara Islam dari kolonialisme-penjajahan bangsa-bangsa eropah, membebaskan Baitul Makdis dari cengkeraman Zionis Israel, membebaskan negeri-negeri Islam dari pemerintahan sekuler, dari pemerintahan monarki regional menuju Khilafah Islam international.
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kembali sistem Khilafah Islamiah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan.
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan kembali.
TUJUAN HIZBUT TAHRIR
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islam, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini, dan negara Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia –sebagaimana yang terjadi pada masa silam– serta memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Hizbut Tahrir juga bertujuan untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.
KEGIATAN HIZBUT TAHRIR
Kegiatan Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk mengubah situasi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam. Hal ini dilakukan dengan mengubah ide-ide rusak yang ada menjadi ide-ide Islam, sehingga ide-ide ini menjadi opini umum di tengah masyarakat serta menjadi persepsi bagi mereka. Selanjutnya persepsi ini akan mendorong mereka untuk merealisasikan dan menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam.
Juga dengan mengubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan Islam –yakni ridla terhadap apa yang diridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang dimurkai dan dibenci oleh Allah– serta mengubah hubungan/ interaksi yang ada dalam masyarakat menjadi hubungan/ interaksi yang Islami, yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya.
Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah kegiatan yang bersifat politik, di mana Hizbut Tahrir memperhatikan urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar’i, karena politik adalah mengurus dan memelihara urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam kegiatannya mendidik dan membina umat dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari aqidah-aqidah yang rusak, pemikiran-pemikiran yang salah, serta persepsi-persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan kufur.
Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pergolakan pemikiran (ash shiro’ul fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pergolakan pemikiran tersebut terlihat dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur. Kegiatan ini nampak pula dalam penentangannya terhadap ide-ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak, atau persepsi-persepsi yang keliru, dengan cara menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut.
Adapun perjuangan politiknya, terlihat dari penentang-annya terhadap kaum kafir imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya, membebaskan umat dari cengkeraman pengaruhnya, serta mencerabut akar-akarnya yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-negeri Islam.
Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para penguasa, mengungkapkan pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha menggantinya tatkala mereka mengabaikan hak-hak umat, tidak menjalankan kewajibannya terhadap umat, melalaikan salah satu urusan umat, atau menyalahi hukum-hukum Islam.
Seluruh kegiatan politik tersebut dilakukan tanpa menggunakan caca-cara kekerasan (fisik/senjata). Akan tetapi sebatas aktivitas menyampaikan ide-ide (konsep-konsep) dengan lisan atau tulisan, sesuai jejak dakwah yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Jadi kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik sebelum maupun sesudah mengambilalih pemerintahan (melalui umat).
Kegiatan Hizbut Tahrir bukan di bidang pendidikan, karena ia bukanlah madrasah (sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk. Akan tetapi kegiatannya bersifat politik, dengan cara mengemukakan ide-ide (konsep-konsep) Islam beserta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan pemerintahan.
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah dapat menjadi dasar negara dan dasar konstitusi serta undang-undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problem manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain.
METODE DAKWAH HIZBUT TAHRIR
Metode yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah adalah hukum-hukum syara’, yang diambil dari thariqah (metode) dakwah Rasulullah SAW, sebab thariqah itu wajib diikuti. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat Allah).” (QS Al Ahzab : 21)
“Katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS Ali Imran : 31)
“Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.” (QS Al Hasyr : 7)
Dan banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti perjalanan dakwah Rasulullah SAW, menjadikan beliau suri teladan, dan mengambil ketentuan hukum dari beliau.
Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur –karena diterapkan atas mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah SWT– maka keadaan negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah SAW diutus (menyampaikan risalah Islam). Untuk itu fase Makkah wajib dijadikan sebagai tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan mensuriteladani Rasulullah SAW.
Dengan mendalami sirah Rasulullah SAW di Makkah hingga beliau berhasil mendirikan suatu Daulah Islam di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani dakwahnya dengan beberapa tahapan yang jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan jelas tujuan-tujuannya. Dari sirah Rasulullah SAW inilah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya pada seluruh tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasululah SAW dalam seluruh tahapan perjalanan dakwahnya.
Berdasarkan sirah Rasulullah SAW tersebut, Hizbut Tahrir menetapkan metode perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
Ketiga, Tahapan Pertarungan Pemikiran untuk menentang kepercayaan/ideologi, aturan dan pemikiran kufur. Menentang segala bentuk akidah yang rusak, pemikiran keliru, pemahaman yang salah dan sesat dengan cara mengungkapkan kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksi dengan Islam sekaligus membersihkan umat dari segala bentuk pengaruh dan implikasinya.
Keempat, Tahapan Perjuangan Politik menghadapi negara-negara kafir imperialis yang menguasai dan mendominasi negeri-negeri Islam, menghadapi segala bentuk penjajahan, baik itu berupa pemikiran, politik, ekonomi, militer dan mengungkap makar sekaligus membongkar konspirasi negara-negara kafir. Perjuangan politik juga dilakukan dengan menentang para penguasa negeri-negeri Arab dan negeri-negeri Islam yang lain dengan cara membongkar kejahatan dan kebobrokan mereka, menyampaikan nasehat, kritik dan mencoba mengubah perilaku mereka setiap kali memakan, tidak menunaikan hak-hak umat, melalaikan urusan umat dan meyimpang dari hukum syariat Islam.
Kelima, Tahapan Pengambilalihan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan untuk menerapkan Khilafah Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia dan kemudian berkhidmat melayani kemaslahatan umat sesuai dengan hukum syariat Islam.
KEANGGOTAAN HIZBUT TAHRIR
Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik laki-laki maupun wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka keturunan Arab atau bukan, berkulit putih ataupun hitam. Hizbut Tahrir adalah sebuah partai untuk seluruh kaum muslimin dan menyeru mereka untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil dan menetapkan seluruh aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi kebangsaan, warna kulit, maupun madzhab mereka. Hizbut Tahrir melihat semuanya dari pandangan Islam.
Cara mengikat individu-individu ke dalam Hizbut Tahrir adalah dengan memeluk Aqidah Islamiyah, matang dalam Tsaqafah Hizbut Tahrir, serta mengambil dan menetapkan ide-ide dan pendapat-pendapat Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang mengharuskan dirinya menjadi anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya ia melibatkan dirinya dengan Hizbut Tahrir; ketika dakwah telah berinteraksi dengannya dan ketika dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-persepsi Hizbut Tahrir. Jadi ikatan yang dapat mengikat anggota Hizbut Tahrir adalah Aqidah Islamiyah dan Tsaqafah Hizbut Tahrir yang terlahir dari aqidah ini. Halaqah-halaqah (pembinaan) wanita dalam Hizbut Tahrir terpisah dengan halaqah laki-laki. Yang memimpin halaqah-halaqah wanita adalah para suami, mahramnya, atau para wanita

B. Karakteristik

  1. Mempunyai peraturan dan struktur organisai yang baku.
  2. Aktif dalam amar makruf nahi mungkar.
  3. Tidak puritan dan adaptif dengan masalah aktual progresif-kekinian.
  4. System tarbiyah kadernya telah mapan dan baku.
  5. Memasuki wilayah politik.
  6. Bersikap keras dalam meng kritisi pemerintahan.
  7. Tidak Bergabung dengan parlemen
  8. Mengeluarkan fatwa-fatwa tentang masalah progresif kekinian.
  9. Tidak ofensif menyerang pemikiran harokah yang lain.

C. Kiprahnya

  1. Mendirikan Percetakan dan penerbitan.
  2. Aktif menulis artikel dan buku buku.
  3. Aktif dalam tarbiyah pembinaan kader melalui Halaqoh Hizb.
  4. Aktif dalam amar makruf nahi munkar.
  5. Aktif memberikan ceramah/seminar/pengajian.
  6. Mendirikan Partai Politik (global) tapi tidak ikut serta dalam pemilu.






 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews